Suara Misterius
Lagi. Miyako kembali terkejut
dengan suara itu. Suara yang bersumber dari pintu gudang. Miyako menghela nafas
panjang dan seketika menelan ludahnya sendiri. Kemudian, ia berjalan perlahan
mendekati pintu gudang tersebut. Ia mulai semakin dekat dan dekat dengan pintu
tersebut. Hingga pada akhirnya, ia berada tepat di depan pintu gudang tersebut.
“Baiklah, Miyako. Tidak apa-apa.”
Katanya dalam hati yang berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri. Miyako mulai
membuka pintu gudang tersebut. Belum sempat ia membukanya, seseorang berbicara
dan mengagetkannya.
“Bisakah kita makan malam ?”
Tanya Ume pada Miyako.
“Tidak.” Jawab Miyako singkat.
“Untuk kali ini saja, Miyako. Aku
sudah buatkan sup untuk makan malam. Ayolah.” Ajak Ume. Miyako tidak bisa
menolak ajakan Ume, temannya. Jadi ia pergi makan malam bersama Ume.
Keesokan paginya, saat Miyako
sedang istirahat makan siang di sekolah, tiba-tiba ia terpikir kembali tentang
suara misterius itu. Sudah tiga kali ia mendengar suara itu pada waktu yang sama.
Beberapa hipotesis mulai membayangi dan mengelilingi pikirannya. Mungkinkah dan
mungkinkah. Perasaannya juga sudah mulai tidak karuan. Antara cemas, takut dan
sebagainya.
“Kau selalu saja bersikap seperti
itu.” Kata Ume pada Miyako. Kemudian ia duduk disamping Miyako.
“Kenapa?” Tanya Miyako dingin.
“Ah, abaikanlah. Ayo kita masuk
ke kelas. Tolong ajari aku mengerjakan PR, ya.” Pinta Ume dan Miyako
menurutinya.
Saat malam, terdengar kembali
suara misterius tersebut. Miyako semakin penasaran dengan suara itu. Ia
memberanikan diri untuk mendekati sumber suara tersebut. Ia berjalan perlahan
dan perlahan. Lalu, ia sampai di depan pintu gudang tersebut. Miyako membuka
pintu gudang itu dengan pelan. KRREEEKKK....!!!!
.
.
.
“Oh, good girl. Ume !!” Panggil
Miyako
“Ada apa ?” Jawab Ume sambil
menghampiri Miyako. Seketika Ume sangat terkejut.
“Jelaskan! Bagaimana kau bisa
melanggar kesepakatan kita. Bukankah kau sudah membuang anak-anak kucing ini
?” Bentak Miyako sambil menunjuk ke
anak-anak kucing tersebut.
“Maaf, Miyako. Aku hanya tidak
tega untuk membuangnya. Mereka masih kecil. Harus ada yang merawat mereka.”
Jawab Ume tertunduk lemas.
“Begitu?”
“Aku akan memberikannya pada
orang lain untuk merawat mereka, besok. Kau tenang saja. Aku janji kok. Tapi,
pada siapa ya?”
“Ya, ya. Kau serahkan padaku.
Nanti jika kau, besok mereka masih ada.”
Siangnya, Miyako membawa
anak-anak kucing tersebut ke sebuah rumah yang tidak jauh dari rumahnya. Rumah
itu milik keluarga Sou. Mereka adalah pecinta hewan. Saat Miyako memberikan
anak-anak kucing tersebut, keluarga Mou dengan senang hati menerimanya.
Setelah semua kejadian itu, Ume
meminta maaf kepada Miyako karena tidak menepati janji. Miyako juga meminta
maaf pada Ume karena bersifat acuh padanya. Kini, Miyako merasa tenang dan
mereka menjalin pertemanan lebih baik lagi.
.
.
-The End-
arigatou minna ^_^. ini cerpen made original admin. kritik dan saran ya. copas boleh kok, but kasih sourcenya ya ^_^
Komentar
Posting Komentar